Gelombang pasang ekstrem telah menerjang pesisir selatan Cianjur, khususnya di Pantai Apra, Kecamatan Sindangbarang. Sejak pertengahan Agustus 2025, ombak tinggi yang mencapai ketinggian 10 meter mengakibatkan kerusakan pada infrastruktur di area tersebut, termasuk sejumlah saung yang berdiri di tepi pantai. Kejadian ini menimbulkan kekhawatiran yang mendalam di hati warga setempat.
Sekretaris Desa Saganten, Satun Nugraha, memberikan penjelasan mengenai kondisi geografis Pantai Sindangbarang yang memperburuk situasi. Karakteristik daratan yang menjorok ke laut dengan kemiringan curam membuat gelombang menerjang langsung ke daratan tanpa adanya penghalang.
Kondisi Geografis dan Dampak Gelombang Tinggi
Geografi Pantai Sindangbarang yang unik menjadi salah satu penyebab utama parahnya dampak gelombang tinggi ini. Dengan ombak yang menghantam tanpa ada batasan, wilayah tersebut sangat rentan terhadap kerusakan. Menurut Satun Nugraha, pantai ini memiliki legon yang memungkinkan air laut masuk ke daratan dengan mudah, yang berkontribusi pada kerusakan infrastruktur.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), ketinggian ombak yang berbahaya telah mencapai lima hingga sepuluh meter, dan ini di luar bahaya normal. Melihat pada sejarah, gelombang serupa telah terjadi sebelumnya, tetapi besarnya dampak kali ini jauh lebih signifikan. Kebanyakan warga desa yang menggantungkan hidup pada sektor pariwisata menjadi terpukul oleh kenyataan ini.
Langkah Penanggulangan dan Imbauan Keselamatan
Menanggapi situasi darurat ini, pemerintah desa bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan BPBD Cianjur aktif memantau perkembangan keadaan. Mereka memberikan imbauan kepada warga agar tetap berhati-hati dan tidak mendekati tepi pantai. Kepala Bidang Kedaruratan BPBD, Wangwang Kuswaya, menegaskan pentingnya pembatasan aktivitas bagi nelayan dan wisatawan demi keselamatan bersama.
Langkah-langkah preventif ini juga mencakup pelatihan bagi warga lokal tentang cara menghadapi kondisi darurat yang disebabkan oleh bencana alam. Pemerintah juga berkoordinasi dengan Relawan Tanggap Bencana (Retana) untuk memberi informasi secara berkala kepada masyarakat, agar mereka dapat bersiap dalam menghadapi kemungkinan terburuk. Hingga saat ini, tim gabungan masih mendata kerusakan akibat terjangan ombak, memastikan bahwa semua warga terlindungi dengan baik.