Pemandangan memprihatinkan terlihat di sebuah sekolah dasar yang terletak di Desa Sukawangi, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur. Di tengah semangat menuntut ilmu, ratusan siswa di beberapa ruang kelas terpaksa harus belajar dalam kondisi yang tidak ideal, yaitu duduk di lantai atau lesehan karena ketiadaan fasilitas dasar seperti meja dan kursi.
Kondisi ini terpantau langsung pada Selasa, di mana ruang kelas III, IV, V, dan VI sama sekali belum dilengkapi dengan sarana mebeler yang memadai. Sementara itu, kelas I dan II hanya diisi oleh kursi-kursi tua yang sudah tidak layak pakai, sebagian di antaranya adalah sisa bantuan pasca-gempa yang telah diperbaiki seadanya.
Kondisi Fasilitas Pendidikan yang Memprihatinkan
Ketiadaan fasilitas dasar seperti meja dan kursi di sekolah menjadikan proses belajar mengajar terganggu. Para siswa yang seharusnya bisa berkonsentrasi pada materi pelajaran kini harus menghadapi kenyataan belajar dalam posisi yang tidak nyaman. Hal ini tentu saja berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental mereka. Jumlah siswa yang terpaksa belajar dengan cara ini cukup signifikan, yang mencerminkan kurangnya perhatian terhadap kebutuhan dasar pendidikan.
Dengan 189 siswa yang terbagi dalam rombongan belajar sekitar 30 anak per kelas, para guru tidak hanya menghadapi tantangan dalam menyampaikan materi, tetapi juga perlu membangun suasana belajar yang kondusif meskipun dalam keterbatasan fasilitas. Seorang wali kelas menekankan bahwa situasi ini sama sekali tidak ideal dan terus-menerus menjadi sumber keprihatinan. Banyak dari siswa yang merasa lelah dan nyeri tubuh akibat harus duduk dalam posisi yang kurang mendukung.
Dampak Kesehatan dan Konsentrasi Siswa
Kondisi belajar yang demikian berpotensi menimbulkan berbagai keluhan kesehatan. Menurut keterangan salah satu guru, banyak siswa yang merasa pegal dan tidak nyaman karena duduk dalam posisi membungkuk terlalu lama. Keadaan ini tidak hanya mempengaruhi fisik mereka, tetapi juga memengaruhi konsentrasi dalam belajar. Dalam beberapa kasus, siswa bahkan terpaksa berbaring untuk mengatasi kelelahan saat mengikuti pelajaran. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung proses belajar.
Lebih jauh lagi, situasi ini memperlihatkan bahwa kondisi pendidikan di lokasi tersebut butuh perhatian lebih dari pihak terkait. Pendidikan yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh kualitas guru dan kurikulum, tetapi juga oleh sarana dan prasarana yang mendukung. Ketika siswa merasa nyaman dan diperhatikan kebutuhannya, peluang untuk mencapai prestasi akademik yang lebih baik akan semakin terbuka lebar.