Peristiwa tragis terjadi dalam lingkungan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Cianjur pada hari Kamis, 21 Agustus 2025. Seorang Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) ditemukan tidak bernyawa di dalam kamar hunian blok isolasi sekitar pukul 12:00 WIB. Kematian mendadak ini mengejutkan banyak pihak dan menyoroti kondisi yang ada di dalam lembaga pemasyarakatan tersebut.
Momen awal penemuan ini tidak hanya mengundang tanya, tetapi juga menggugah emosi. Salah satu rekan sekamar korban saat itu menemukan situasi mencengangkan ketika ia ingin mengambil perlengkapan salat. Dalam keadaan kebingungan dan kesedihan, saksi segera melapor kepada Kepala Regu Pengamanan yang bertugas, serta petugas jaga yang kebetulan berada di lokasi kejadian.
Prosedur Penanganan Kejadian Kematian di Dalam Lapas
Setelah mendengar laporan dari saksi, petugas Lapas melakukan pengecekan ke lokasi dan memastikan keadaan yang sebenarnya. Kemudian, mereka segera melaporkan kejadian tersebut kepada Kepala Kesatuan Pengamanan Lapas dan Pelaksana Harian Kepala Lapas Cianjur. Prosedur yang tepat dalam menangani kejadian semacam ini merupakan hal kritikal untuk menjaga transparansi dan keamanan, mengingat resiko yang ada di dalam lapas.
Koordinasi pun dilakukan antara pihak Lapas dengan Polres Cianjur. Tim Inafis dari Polres langsung turun ke lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Proses ini esensial, tidak hanya untuk menyelidiki penyebab kematian tetapi juga untuk memberikan kepastian kepada keluarga dan masyarakat. Jenazah korban kemudian diantar ke RSUD Cianjur untuk dilakukan visum bersama pihak keluarga, menjadikan proses penyelidikan lebih komprehensif.
Dampak Psikologis dan Lingkungan di Dalam Lapas
Pihak Lapas menyatakan bahwa individu tersebut, sebelum peristiwa ini, tidak menunjukkan tanda-tanda ingin mengakhiri hidupnya. Keluarga korban juga rutin mengunjungi, menunjukkan bahwa ada dukungan emosional yang cukup. Namun, pertanyaan besar tetap muncul: apa yang sebenarnya terjadi selama waktu-waktu terakhirnya di dalam lembaga pemasyarakatan ini? Apakah ada tekanan psikologis yang tidak terlihat?
Dalam konteks lebih luas, kejadian ini membuka diskusi mengenai kondisi mental dan emosional orang-orang yang berada dalam sistem pemasyarakatan. Temuan yang menunjukkan kekhawatiran atau tanda-tanda depresi sering kali terlewatkan. Oleh karena itu, penting bagi pihak berwenang untuk menyediakan fasilitas mental health yang memadai, termasuk konseling dan dukungan emosional, untuk mengurangi risiko kejadian serupa di masa depan.